Wayang Krucil Nganjuk pernah menjadi tontonan yang populer, beriringan dan persaingan dengan wayang purwa. Namun, perkembangan seni pertunjukan modern telah menjamur, sehingga keberadaan Wayang Krucil semakin tergusur.
Pada puncak kejayaannya, Wayang Krucil tersebar hampir di seluruh daerah (desa dan kecamatan) di Nganjuk, bahkan sampai di kawasan Kabupaten Kediri. Wayang Krucil milik Paguyuban Mardi Laras di Desa Garu Kecamatan Baron, sekitar 15 Km sebelah timur Kota Nganjuk. Kesenian ini satu-satunya yang tertinggal di Nganjuk Wayang Krucil Desa Garu.
Pelaku Wayang Krucil Garu Ki Sudiono, dalang Wayang Krucil turun-temurun. Ki Sudiono sebagai perajin Wayang Krucil. Sebagian menjadi koleksi pribadi dan sebagian menjadi pesanan turis-turis Eropa.
Bahan Wayang Krucil dari kayu Mentaos memiliki serat halus, kalau dibuat wayang hasilnya bagus. Wayang Krucil, memiliki ketebalan 2-3 Cm, sedang Wayang Kulit sekitar 3 mm. Wayang Krucil terkesan lebih bernyawa dibanding Wayang Kulit. Bratasena, pada Wayang Krucil terlihat kokoh dan bernyawa. Untuk mementaskan kesenian itu, diringi perangkat gamelan Mardi Laras dengan 20-an pemusik (penabuh) dan 5 pesinden (penyanyi).
Cerita Wayang Garu Nganjuk berkaitan dengan Kerajaan Kediri. Seperti, kisah Panji Semirang Asmara Bangun, Candra Kirana, Panji Asmaratanka, Candra Kirana Mbarang Jantur, juga cerita rakyat tentang pemberontakan kepada Belanda.
Seni Wayang Krucil
8:16 AM |
Subscribe to:
Post Comments (Atom)






0 comments:
Post a Comment